Minggu, 23 November 2014

Pengalaman Pertama

Pertanggal 27 Oktober 2014 kemarin, saya bertempat tinggal di kota Kendal. Ya, sekarang saya tak lagi di kota lumpia.
sampai saat aku menulis blog ini, alhamdulillah dan insyallah saya merasa senang dengan lingkungan baruku. meskipun tetap saja ada masalah kecil yang menerpa, namun saya kira itu hal yang wajar. namanya saja lingkungan baru dan kehidupan baru, pasti butuh proses untuk adaptasi. akan tetapi, saya berharap proses tersebut tak akan berlangsung lama.
di tempat baruku, saya menjadi pengajar B.Arab tingkat SMP. selain itu, di sini saya tak hanya sekadar pendidik saja lho..ada berbagai "profesi" yg saya lakukan bersama dg rekan kerja lainnya. kadang jadi guru di sekolah, guru agama, guru spiritual, tukang bersih2, samapai menjadi 'pelayan' anak2 seoklah. betapa tidak, di tempat baruku ini semua karyawan dituntut untuk kerja, kerja, dan kerja. pilihannya, kerja atau dikerjain (baca: dipecat). hee.....We Oo We bingit kan.....alias WOW !!!
sebelum saya mengiyakan untuk kerja di sini sebetulnya saya sudah mengetahui perihal sistem kerja di sini. banyak persepsi yg memandang itu sangat "nngeri", tapi bagiku sebelum berperang pantang menyerah. ciye......
makanya, saya beranikan diri memutuskan untuk kerja di sini dan mengesampingkan kerja di semarang, bahkan peluang menjadi PNS pun saya enyahkan. ini tantangngan ! tantangku pada diri.
adalah Pondok Modern Selamat (PMS) unit kerja baruku, dan kunamakan ini adalah "Kanzul Barokah". ya, di sini saya mencoba mencari keberkahan untuk mengamalkan ilmu, khususnya Bahasa Arab yang merupakan bahasa qur'ani.
selang beberapa hari, tepatnya hari ini, senin 23 November 2014, saya masuk di kelas yang tak ada wali kelasnya (kebetulan beliau izin). kelas 9 I saya masuki dan memberikan 'pencerahan' yg seharusnya disampaikan wali kelas berkaitan dengan sikap tawadlu'. materi sdh saya sampaikan, kemudian saya lanjutkan dengan menyuruh siswa memperkenalkan diri dengan menyebutkan alamat mereka masing2 saat kupanggil namanya. beberapa anak ada yang menyebutkan alamat mereka dengan berpura2 dan meledek saya (mungkin krn saya guru baru dan mereka blm takut pd saya,rasa hormat pun seakan hilang). akhirnya saat satu nama yang kupanggil di deretan nomor absen akhir. dia (cowok) menjawab "dari pekalolngan pak, wiradesa". kutanya, "wiradesanya mana?", ia jawab "boja pak", "emang ada wiradesa boja?" "ada pak, di kendal".
dengan serta merta kesabaran saya hilang dan saya menyuruh dia maju ke depan.saya marahi dia habis2an sambil menarik2 dasi dia. namun, ia tetap senyam-senyum saja sambil seakan masih meremehkan saya. akhirnya tanpa kusadari tangan saya mendarat dipipi kirinya, "plakkkk....!" suara itu langsung disusul dengan teriakan teman2 sekelasnya. kelas menjadi hening. sebetulnya agak kasihan juga ia, ia kenal tamparanku sekaligus jidadnya kena tembok saat ku gampar. ada rasa menyesal juga dalam hatiku, bisa-bisanya saya setega itu, namun ini memang untuk pelajaran dia. saya pun jelaskan pd teman2 sekelas, kenapa saya gampar dirinya.ini adalah pengalaman pertama, namun semoga ini tak terjadi lagi. hatiku tak nyaman dengan itu. Semoga bisa menjadi bahan renungan semua.