Minggu, 13 Mei 2012

Revitalisasi Fungsi Teknologi
Pada zaman yang semakin global dewasa ini, tak sulit kita temukan berbagai macam hasil teknologi moderen. Bahkan bisa dikatakan kehidupan manusia tak pernah lekang dari teknologi. Semua orang pasti kenal dan paham betul dengan yang namanya internet. Alat teknologi itu sudah tidak sekadar sebagai kebutuhan mewah (tersier), belakangan ia beranjak menjadi kebutuhan pokok (primer).
Ini hanyalah salah satu contoh dari beberapa produk kecanggihan teknologi yang sedang masif hingga sekarang. Kini, yang menjadi persoalannya ialah bagaimana memanfaatkan dan mendayagunakan teknologi tersebut secara efektif, proporsional, dan tepat guna. Pasalnya, banyak orang yang telah membelokkan fungsi teknologi modern –tak terkecuali internet- ke arah yang negatif. Penyalahgunaan teknologi ini sangat kentara jika menilik pada generasi muda era sekarang. Mereka telah lupa akan budaya, nilai-nilai luhur, dan jati diri bangsa (Indonesia). Hal ini dikarenakan mereka terhijab dan termanjakan oleh teknologi yang sarat dengan budaya barat (baca: budaya negatif). Padahal mereka menjadi pewaris budaya dan nilai luhur nenek moyang bangsa, serta diharapkan mampu menjaga hal tersebut sampai zaman mendatang.
Langkah Aktif dan Progresif
Budaya dan nilai luhur bangsa merupakan warisan adi luhung nenek moyang yang tak ternilai harganya. Keduanya juga sebagai aset bangsa yang mesti dilestarikan. Bila budaya serta nilai luhur tersebut mulai luntur dari kehidupan masyarakat Indonesia. Maka hal ini bisa berimbas pada keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berangkat dari sinilah, memformulasikan kembali kecanggihan teknologi untuk melestarikan budaya dan nilai luhur bangsa mutlak dilakukan. Upaya memfungsikan teknologi ini bisa diimplementasikan di tiap instansi pendidikan, baik di tingkat dasar; menengah; maupun perguruan tinggi. Semua pendidik hendaknya menggunakan teknologi yang ada sebagai media dalam mengupayakan kelanggengan budaya dan nilai luhur bangsa, mulai dari mengenalkan pada anak didik, membahas, dan mengamalkan dwitunggal tersebut.    
Instansi pendidikan mendapat peran penting dalam upaya pelestarian ini. Pasalanya, dari lembaga pendidiakanlah generasi muda dididik dan ditempa berbagai ilmu pengetahuan, dan dari sini pula kerakter peserta didik mulai dibentuk. Untuk itu, pelestarian budaya dan nilai bangsa melalui pemanfaatan teknologi yang diterapkan di lembaga pendidikan menjadi hal yang urgen.
Penulis tegaskan lagi, di tengah kecamuk arus globalisasi dan moral bangsa yang kian merosot, dan berimbas pada budaya dan nilai-nilai luhur bangsa yang terlupakan. Maka bangsa Indonesia perlu mengambil langkah aktif dan progresif untuk mempertahankan aset bangsa itu. Langkah yang  bisa ditempuh yakni dengan memaksimalkan teknologi di dalam lembaga pendidikan guna melanggengkan warisan founding fathers kita.
Agus Sopar

Minggu, 22 April 2012

Urgensi Sebuah Senyum


Urgensi Sebuah Senyum

Sudah menjadi kodratnya jika manusia dicipta berbeda antar satu dengan yang lainnya. Sudah sewajarnya apabila manusia mempunyai kebutuhan. Dan tak aneh lagi bilamana manusia tersebut membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani.
Apapun profesinya, secerdas apapun, dan atau setenar apapun orang itu. Pada akhirnya ia akan memerlukan bantuan orang lain sejak ia terlahir ke dunia hingga akhir hayatnya. Hal ini tak dapat disanksikan lagi kehakikiannya. Ambil contoh, katakanlah seseorang sedang menderita sakit. Sudah barang tentu ia membutuhkan obat guna menyembuhkan sakitnya. Untuk mendapatkan sebuah obat ia harus pergi ke dokter atau bidan ataupun orang yang ahli mengobati lainnya. Seorang Einstein pun membutuhkan bantuan orang disekitar tatkala melakukan eksperimen-eksperimen fenomenalnya. Hal ini menjadi indikator bahwa manusia tak akan bisa bertahan hidup lama jika sendirian.
Namun, yang menjadi kendala ialah kadang kita lupa atau bahkan acap kali melalaikan orang yang ikut andil dalam kita mendulang kesuksesan maupun mereka-mereka yang ada di sekitar kita. Hal ini sungguh tidak patut dipelihara. Ibarat kata, “jika kita tak mau peduli dengan alam, alam pun tak akan peduli dengan kita”. Apabila kita kadang bersikap acuh pada orang lain itu wajar saja. Akan tapi jika kita benar-benar dan terus-terusan bersikap acuh tak acuh dan masa bodoh, itu yang menjadi problem.
Untuk itu sebetulnya kita perlu membuat orang di sekitar menjadi senang dengan kehadiran kita. Paling tidak hormati dan hargailah orang lain. Jikalau memungkinkan berilah kebahagiaan untuk mereka. Seperti salah satu budayawan, penulis, dan juga wartawan kenamaan dari semarang. Prie GS, begitu ia akrab disapa. Di salah satu buku karyanya ia mengatakan, “berikan kegembiraan kepada sesamamu maka akan makin banyak pertumbuhan di sekitarmu”. Ya, berilah kegembiraan pada teman, kawan, kerabat, sahabat, bahkan bila perlu pada musuhpun hendaknya kita beri kegembiraan padanya. Bagaimana caranya? Pasti itu yang terlintas di benak kita bukan. Salah satu alternatifnya yaitu dengan senyum. Betapapun pahitnya keadaan kita, senyumlah. Niscaya kita tak begitu merasa kesulitan dalam menghadapinya, yang ada justru tak jarang kita akan menemukan solusi dan jalan keluar yang efektif dan terbaik. Kita bisa memulainya dari sekarang. Misal saja saat bertemu teman di jalan, berilah ia seburat senyum terindahmu.
            Bukankah seorang muslim juga dianjurkan untuk tersenyum. Pasalnya, senyum itu termasuk kategori ibadah. Dan ibadah bagi seorang agamawan itu harga mati dan tak bisa ditawar lagi. Apakah hal ini kurang menunjukkan jika tersenyum itu sangat penting bagi manusia untuk tetap eksis dalam bersosialisasi dengan sesama.
            Pendek kata; tersenyum itu mudah, murah, dan ramah. Serta bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Terlebih penulis pernah mendengar jika senyum itu bisa menjadikan awet muda. Tidak tahu kepastian benar tidaknya. Yang jelas tersenyum itu bisa mengurangi beban yang menyelimuti kita. Tersenyumlah! Sebelum tersenyum itu dilarang.

Agus Sopar


Urgensi Sebuah Senyum

Sudah menjadi kodratnya jika manusia dicipta berbeda antar satu dengan yang lainnya. Sudah sewajarnya apabila manusia mempunyai kebutuhan. Dan tak aneh lagi bilamana manusia tersebut membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani.
Apapun profesinya, secerdas apapun, dan atau setenar apapun orang itu. Pada akhirnya ia akan memerlukan bantuan orang lain sejak ia terlahir ke dunia hingga akhir hayatnya. Hal ini tak dapat disanksikan lagi kehakikiannya. Ambil contoh, katakanlah seseorang sedang menderita sakit. Sudah barang tentu ia membutuhkan obat guna menyembuhkan sakitnya. Untuk mendapatkan sebuah obat ia harus pergi ke dokter atau bidan ataupun orang yang ahli mengobati lainnya. Seorang Einstein pun membutuhkan bantuan orang disekitar tatkala melakukan eksperimen-eksperimen fenomenalnya. Hal ini menjadi indikator bahwa manusia tak akan bisa bertahan hidup lama jika sendirian.
Namun, yang menjadi kendala ialah kadang kita lupa atau bahkan acap kali melalaikan orang yang ikut andil dalam kita mendulang kesuksesan maupun mereka-mereka yang ada di sekitar kita. Hal ini sungguh tidak patut dipelihara. Ibarat kata, “jika kita tak mau peduli dengan alam, alam pun tak akan peduli dengan kita”. Apabila kita kadang bersikap acuh pada orang lain itu wajar saja. Akan tapi jika kita benar-benar dan terus-terusan bersikap acuh tak acuh dan masa bodoh, itu yang menjadi problem.
Untuk itu sebetulnya kita perlu membuat orang di sekitar menjadi senang dengan kehadiran kita. Paling tidak hormati dan hargailah orang lain. Jikalau memungkinkan berilah kebahagiaan untuk mereka. Seperti salah satu budayawan, penulis, dan juga wartawan kenamaan dari semarang. Prie GS, begitu ia akrab disapa. Di salah satu buku karyanya ia mengatakan, “berikan kegembiraan kepada sesamamu maka akan makin banyak pertumbuhan di sekitarmu”. Ya, berilah kegembiraan pada teman, kawan, kerabat, sahabat, bahkan bila perlu pada musuhpun hendaknya kita beri kegembiraan padanya. Bagaimana caranya? Pasti itu yang terlintas di benak kita bukan. Salah satu alternatifnya yaitu dengan senyum. Betapapun pahitnya keadaan kita, senyumlah. Niscaya kita tak begitu merasa kesulitan dalam menghadapinya, yang ada justru tak jarang kita akan menemukan solusi dan jalan keluar yang efektif dan terbaik. Kita bisa memulainya dari sekarang. Misal saja saat bertemu teman di jalan, berilah ia seburat senyum terindahmu.
            Bukankah seorang muslim juga dianjurkan untuk tersenyum. Pasalnya, senyum itu termasuk kategori ibadah. Dan ibadah bagi seorang agamawan itu harga mati dan tak bisa ditawar lagi. Apakah hal ini kurang menunjukkan jika tersenyum itu sangat penting bagi manusia untuk tetap eksis dalam bersosialisasi dengan sesama.
            Pendek kata; tersenyum itu mudah, murah, dan ramah. Serta bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Terlebih penulis pernah mendengar jika senyum itu bisa menjadikan awet muda. Tidak tahu kepastian benar tidaknya. Yang jelas tersenyum itu bisa mengurangi beban yang menyelimuti kita. Tersenyumlah! Sebelum tersenyum itu dilarang.SEMOGA BERMANFAAT!!

Agus Sopar

Jumat, 20 April 2012

Harga BBM, Antara Kebijakan dan Kemiskinan
Keputusan yang akan diambil Pemerintah ikhwal kenaikan harga BBM kembali menyulut api kriktikan dari pelbagai pihak. Kebijakan ini dirasa akan lebih mencekik leher rakyat Indonesia daripada pembatasan subsidi BBM. Khususnya bagi masyarakat kalangan ekonomi menengah kebawah.
Alih-alih ingin mensejahterakan rakyat, bisa-bisa malah menyengsarakan masyarakat. Sungguh ironis bila menengok tindhak-tandhuk para wakil rakyat. Saat semua kepala masyarakat sedang dipusingkan dengan gurita BBM, mereka (pemerintah) justru sibuk bersolek.
Memperelok gedung dinilai menjadi hal yang lebih urgen dibanding kesejahteraan rakyatnya. Terbukti belakangan terakhir, ada kontroversi terkait renovasi gedung Banggar DPR yang memakan dana sampai angka miliyaran rupiah. Jika alasan menaikkan harga BBM karena menghemat APBN. Lalu, mengapa mereka menghamburkan uang hanya untuk merenovasi gedung pemerintahan?
Pemerintah Ragu-Ragu
Polemik BBM sebetulnya sudah terjadi sejak lama. Pada awal tahun ini Pemerintah juga sempat akan 'menelurkan' kebijakan subsidi BBM. Dengan berasaskan pada UU nomor 22 tahun 2001 pasal 28 ayat 3, tentang BBM subsidi. Pemerintah mencanangkan program pembatasan subsidi BBM.
Dalam hal ini, mereka mengupayakan agar BBM digunakan sehemat mungkin. Dengan jalan setiap mobil selain angkutan umum dan sepeda motor, dilarang menggunakan premium. Atau, mobil pribadi bisa juga memakai gas sebagai bahan bakarnya.  Asumsi Pemerintah ialah bahwa anggaran subsidi BBM (bila dihemat), bisa dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan lain yang dapat meningkatkan hajat hidup orang banyak. Bidang kesehatan dan pendidikan adalah yang menjadi bidikan pemerintah.
Akan tetapi, seperti biasanya sekali lagi pemerintah tidak percaya diri dalam mengambil keputusan. Mereka seakan ragu-ragu akan mengesahkan kebijakan ini. Lalu munculah opsi menaikkan harga BBM. Dan, opsi itu ternyata lebih diperhitungkan dari pada pembatasan susidi BBM. Barulah pada tanggal 1 April 2012 ditetapkan harga BBM akan dinaikkan yang tadinya 2.500/liter menjadi 6.000/liter.
Awalnya, pemerintah secara getol berusaha mengamandemen RUU APBN-P 2012 dengan mengusulkan penambahan Pasal 7 ayat 6 A. Pasal tersebut memberi keleluasan bagi pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi. Baik itu pemerintah akan meninggikan harga BBM ataukah akan menurunkan harganya, semua wewenang Pemerintah.
Namun, setelah ada kejadian demonstrasi besar-besaran yang kebanyakan dilakukan mahasiswa akhir maret lalu. Agaknya pemerintah mulai menimbang-nimbang terkait kebijakan kenaikan harga BBM. Menindaklanjuti tuntutan berbagai pihak, akhirnya pemerintah menggelar sidang paripurna guna membahas polemik kenaikan BBM di gedung DPR.
Hasilnya, pemerintah memilih untuk mem-pending dahulu rencana menaikkan harga bahan bakar minyak. Semestinya, jika sesuai jadwal maka tepat pada tanggal 1 April kemarin masyarakat sudah bisa 'menikmati' kenaikan harga BBM.
Betapa malangnya nasib rakyat bilamana kebijakan kenaikan BBM benar-benar teralisasi. Naiknya harga BBM dapat berdampak pada kenaikan harga sembako dan tingginya ongkos transportasi yang tak bisa ditawar lagi. Padahal alur perekonomian nasional pun belum kunjung membaik, apalagi jika ditambah masalah harga BBM yang semakin jauh dari kantong rakyat. Implikasinya, naiknya angka pengangguran dan kemiskinan pun tak terelakkan.
Penulis kira pemerintah tak usah gegabah dalam mengambil keputusan. Apapun keputusannya, asal tak 'melukai' masyarakat itu sah-sah saja. Kebijakan yang pro rakyat tentunya adalah harapan semua lapisan masyarakat kaum ekonomi menengah kebawah khususnya, dan seluruh warga negara Indonesia pada umumnya.

Agus Sopar Abdurrochim, mahasiswa PBA Fakta IAIN Walisongo Semarang
087831739137

Senin, 16 Januari 2012

Subsidi BBM


Bukan Main-Main!
Kemungkinan realisasi wacana pembatasan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, bulan April mendatang benar-benar akan terwujud. Ini mengingat rencana tersebut sebenarnya sudah dikoar-koarkan beberapa tahun silam. Kini, sudah saatnya tinggal mengimplementasikannya.
Berasaskan pada UU nomor 22 tahun 2001 pasal 28 ayat 3, tentang BBM subsidi. Pemerintah mencanangkan program pembatasan subsidi BBM. Kebijakan yang diambil pemerintah ini tentu sudah diperhitungkan secara matang dan bukan main-main. Tidak mungkin Pemerintah serta-merta mengeluarkan ‘ultimatum’ tanpa adanya tujuan pasti.
Dalam hal ini, pemerintah mengupayakan agar BBM digunakan sehemat mungkin. Dengan jalan setiap mobil selain angkutan umum dan sepeda motor, dilarang menggunakan premium. Atau, mereka (baca: mobil pribadi) bisa juga memakai gas sebagai bahan bakarnya.   
Namun, jika banyak elemen masyarakat yang menentang kebijakan tersebut, itu sebuah kewajaran. Toh, seperti biasanya bila ada kebijakan baru dari Pemerintah pasti akan timbul pro-kontra. Namun, yang perlu dimengerti ialah bahwa esensi dari kebijakan ini yakni untuk menyejahterakan rakyat. Karena sebetulnnya anggaran subsidi BBM –bila dihemat- dapat  dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan lain yang dapat meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia.
Hal ini diamini oleh Andrinov Chaniago, pengamat kebijakan publik, “Yang terpenting, tujuan pemerintah meningkatkan kebutuhan masyarakat terpenuhi. Kepentingan masyarakat terlindungi, sehingga tidak akan ada masalah,”. (Okezone.com).
Oleh karena itu, semestinya rakyat mendukung penuh keputusan ini. Selanjutnya, Pemerintah beserta seluruh lapisan masyarakat bekerjasama agar dalam pelaksanaan di lapangan tidak terjadi kecurangan-kecurangan.
Agus Sopar, Mahasiswa FT IAIN Ws Semarang
085641284258

Minggu, 01 Januari 2012

PUISIQ

INDAH ........

pagi ini indah,
bila matahari tersenyum lebar dari ufuk timur,
siang ini indah,
bila sinar surya bersahabat dengan tubuh manusia,
sore ini indah,
bila udara selaras bersama anginnya,
hidup ini indah,
bila gelora Cinta berkabut sayang,
indahnya hidup ini,
manakala tiada kepala besar sembari menafikan panjang tangan,
indahnya hidup ini,
 bila tanpa kancil-kancil berdasi yang selalu mencuri ketimun rakyat,
damai kurasa ini,
bila hidup memenusiakan manusia, menghewankan hewan,
bukan MENGHEWAKAN MANUSIA.

BY: el-Haq
Smg, 16 Des '10