Urgensi Sebuah Senyum
Sudah menjadi kodratnya
jika manusia dicipta berbeda antar satu dengan yang lainnya. Sudah sewajarnya
apabila manusia mempunyai kebutuhan. Dan tak aneh lagi bilamana manusia
tersebut membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Baik itu
kebutuhan jasmani maupun rohani.
Apapun profesinya,
secerdas apapun, dan atau setenar apapun orang itu. Pada akhirnya ia akan
memerlukan bantuan orang lain sejak ia terlahir ke dunia hingga akhir hayatnya.
Hal ini tak dapat disanksikan lagi kehakikiannya. Ambil contoh, katakanlah
seseorang sedang menderita sakit. Sudah barang tentu ia membutuhkan obat guna
menyembuhkan sakitnya. Untuk mendapatkan sebuah obat ia harus pergi ke dokter
atau bidan ataupun orang yang ahli mengobati lainnya. Seorang Einstein pun
membutuhkan bantuan orang disekitar tatkala melakukan eksperimen-eksperimen fenomenalnya.
Hal ini menjadi indikator bahwa manusia tak akan bisa bertahan hidup lama jika
sendirian.
Namun, yang menjadi
kendala ialah kadang kita lupa atau bahkan acap kali melalaikan orang yang ikut
andil dalam kita mendulang kesuksesan maupun mereka-mereka yang ada di sekitar
kita. Hal ini sungguh tidak patut dipelihara. Ibarat kata, “jika kita tak mau
peduli dengan alam, alam pun tak akan peduli dengan kita”. Apabila kita kadang
bersikap acuh pada orang lain itu wajar saja. Akan tapi jika kita benar-benar
dan terus-terusan bersikap acuh tak acuh dan masa bodoh, itu yang menjadi
problem.
Untuk itu sebetulnya
kita perlu membuat orang di sekitar menjadi senang dengan kehadiran kita.
Paling tidak hormati dan hargailah orang lain. Jikalau memungkinkan berilah kebahagiaan
untuk mereka. Seperti salah satu budayawan, penulis, dan juga wartawan kenamaan
dari semarang. Prie GS, begitu ia akrab disapa. Di salah satu buku karyanya ia
mengatakan, “berikan kegembiraan kepada sesamamu maka akan makin banyak
pertumbuhan di sekitarmu”. Ya, berilah kegembiraan pada teman, kawan, kerabat,
sahabat, bahkan bila perlu pada musuhpun hendaknya kita beri kegembiraan
padanya. Bagaimana caranya? Pasti itu yang terlintas di benak kita bukan. Salah
satu alternatifnya yaitu dengan senyum. Betapapun pahitnya keadaan kita,
senyumlah. Niscaya kita tak begitu merasa kesulitan dalam menghadapinya, yang
ada justru tak jarang kita akan menemukan solusi dan jalan keluar yang efektif
dan terbaik. Kita bisa memulainya dari sekarang. Misal saja saat bertemu teman
di jalan, berilah ia seburat senyum terindahmu.
Bukankah seorang muslim juga dianjurkan untuk tersenyum. Pasalnya, senyum itu
termasuk kategori ibadah. Dan ibadah bagi seorang agamawan itu harga mati dan
tak bisa ditawar lagi. Apakah hal ini kurang menunjukkan jika tersenyum itu
sangat penting bagi manusia untuk tetap eksis dalam bersosialisasi dengan
sesama.
Pendek kata; tersenyum itu mudah, murah, dan ramah. Serta bisa dilakukan oleh
siapapun, kapanpun, dan di manapun. Terlebih penulis pernah mendengar jika
senyum itu bisa menjadikan awet muda. Tidak tahu kepastian benar tidaknya. Yang
jelas tersenyum itu bisa mengurangi beban yang menyelimuti kita. Tersenyumlah!
Sebelum tersenyum itu dilarang.
Agus Sopar
tERIMAKSIH.....
BalasHapusaku kan brusaha SENYUM trus,,,,