Minggu, 22 April 2012

Urgensi Sebuah Senyum


Urgensi Sebuah Senyum

Sudah menjadi kodratnya jika manusia dicipta berbeda antar satu dengan yang lainnya. Sudah sewajarnya apabila manusia mempunyai kebutuhan. Dan tak aneh lagi bilamana manusia tersebut membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani.
Apapun profesinya, secerdas apapun, dan atau setenar apapun orang itu. Pada akhirnya ia akan memerlukan bantuan orang lain sejak ia terlahir ke dunia hingga akhir hayatnya. Hal ini tak dapat disanksikan lagi kehakikiannya. Ambil contoh, katakanlah seseorang sedang menderita sakit. Sudah barang tentu ia membutuhkan obat guna menyembuhkan sakitnya. Untuk mendapatkan sebuah obat ia harus pergi ke dokter atau bidan ataupun orang yang ahli mengobati lainnya. Seorang Einstein pun membutuhkan bantuan orang disekitar tatkala melakukan eksperimen-eksperimen fenomenalnya. Hal ini menjadi indikator bahwa manusia tak akan bisa bertahan hidup lama jika sendirian.
Namun, yang menjadi kendala ialah kadang kita lupa atau bahkan acap kali melalaikan orang yang ikut andil dalam kita mendulang kesuksesan maupun mereka-mereka yang ada di sekitar kita. Hal ini sungguh tidak patut dipelihara. Ibarat kata, “jika kita tak mau peduli dengan alam, alam pun tak akan peduli dengan kita”. Apabila kita kadang bersikap acuh pada orang lain itu wajar saja. Akan tapi jika kita benar-benar dan terus-terusan bersikap acuh tak acuh dan masa bodoh, itu yang menjadi problem.
Untuk itu sebetulnya kita perlu membuat orang di sekitar menjadi senang dengan kehadiran kita. Paling tidak hormati dan hargailah orang lain. Jikalau memungkinkan berilah kebahagiaan untuk mereka. Seperti salah satu budayawan, penulis, dan juga wartawan kenamaan dari semarang. Prie GS, begitu ia akrab disapa. Di salah satu buku karyanya ia mengatakan, “berikan kegembiraan kepada sesamamu maka akan makin banyak pertumbuhan di sekitarmu”. Ya, berilah kegembiraan pada teman, kawan, kerabat, sahabat, bahkan bila perlu pada musuhpun hendaknya kita beri kegembiraan padanya. Bagaimana caranya? Pasti itu yang terlintas di benak kita bukan. Salah satu alternatifnya yaitu dengan senyum. Betapapun pahitnya keadaan kita, senyumlah. Niscaya kita tak begitu merasa kesulitan dalam menghadapinya, yang ada justru tak jarang kita akan menemukan solusi dan jalan keluar yang efektif dan terbaik. Kita bisa memulainya dari sekarang. Misal saja saat bertemu teman di jalan, berilah ia seburat senyum terindahmu.
            Bukankah seorang muslim juga dianjurkan untuk tersenyum. Pasalnya, senyum itu termasuk kategori ibadah. Dan ibadah bagi seorang agamawan itu harga mati dan tak bisa ditawar lagi. Apakah hal ini kurang menunjukkan jika tersenyum itu sangat penting bagi manusia untuk tetap eksis dalam bersosialisasi dengan sesama.
            Pendek kata; tersenyum itu mudah, murah, dan ramah. Serta bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Terlebih penulis pernah mendengar jika senyum itu bisa menjadikan awet muda. Tidak tahu kepastian benar tidaknya. Yang jelas tersenyum itu bisa mengurangi beban yang menyelimuti kita. Tersenyumlah! Sebelum tersenyum itu dilarang.

Agus Sopar

1 komentar: