Minggu, 20 Maret 2011

belajar


BELAJAR

I.PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam hidup manusia, baik dibutuhkan untuk dirinya, orang lain maupun untuk mengakses informasi-informasi yang terkini. Berbicara tentang pendidikan, tentunya kita harus mengerti dan mengetahui komponen-komponen yang ada di dalamnya. Di antara struktur-struktur yang mendukung dalam proses pendidikan ialah belajar.
Karena pentingnya belajar dalam mentransfer pendidikan, maka dari itu akan kami paparkan sedikit dalam makalah ini, mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar.   

II.RUMUSAN MASALAH

A.Pengertian Belajar
B. Urgensi Belajar
C. Tujuan dan Prinsip-prinsip Belajar

III.PEMBAHASAN
A.Pengertian Belajar

Sebagai istilah psikologi dan pendidikan, “belajar” dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah learning. Definisi belajar menurut psikologi bermacam-macam; tidak ada satu rumusan yang diterima atau memuaskan semua pakar dan teoritis. Namun, di antara para ahli psikologi dan pendidikan, dapat dikenali titik temu mengenai pengertian umum dari apa yang dimaksud dengan istilah belajar itu mengacu pada terjadinya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, yaitu perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik sebelum belajar ke titik setelah belajar, dan perubahan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya, tetapi perubahan yang tetap atau yang berjangka relatif panjang.[1]
Selanjutnya, dalam pendefisan pengertian belajar bebeda antara para ahli satu dengan lainnya. Disini ada beberapa pengertian belajar, di antaranya:
Menurut Clifford t. Morgan:
Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.
Menurut Guilford:
Learning is any change in behaviour resulting from stimulation.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan.
Sedangkan menurut Dr. Musthofa Fahmi:
ان التعيم عبارة عن عملية تغيير او تحويل فى السلوك اوالخبرة.
Sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas ( yang menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman.[2]
Mc. Gooch mengatakan:
Learning is change in performance as a result of practice.
Belajar adalah prubahan pada perbuatan sebagai akibat dari latihan.[3]
Jadi dapat kami tarik benang merah, bahwa belajar ialah suatu perbuatan atau perilaku yang disengaja, kemudian perbuatan tersebut menelurkan sebuah perubahan, dan perubahan tersebut relatif bersifat tetap maksudnya ialah akan berjalan terus perubahan itu atau melekat pada manusia yang telah berhasil belajar.



B. Urgensi Belajar

Belajar merupakan hal yang sangat vital bila dibandingkan dengan hal lainnya, apapun itu. Karena tanpa adanya proses belajar maka seseorang yang bernama Soekarno, Gus dur, bahkan SBY, mungkin saja tidak akan setenar sekarang ini. Dengan belajarlah seorang yang bodoh menjadi pandai, tidak mengetahui menjadi mahir, kecil menjadi besar. Untuk masalah tersebut idola umat islam pun, rasulallah SAW bersabda:
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة.
Mencari ilmu itu hukumnya fardlu bagi kaum mislim dan muslimat.
Menilik dari hadits Nabi di atas sudah suatu kemutlakan bahwa kita sebagai seorang yang patuh terhadap imam kita, maka menuntut ilmu (belajar) itu hukumya wajib.
Bahkan Allah SWT juga berfirman dalam Al-qur’an al-Karim:
Æìsùötƒ . . . ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur
$yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
 Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[4]
Dapat diketahui bagaimana pentingnya orang yang menuntut ilmu atau orang yang berkeinginan untuk belajar.
Selain itu belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[5]
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa menuntut ilmu (belajar) itu seumur hidup, dari usia saat diayunan hingga ke liang lahat (kubur). Untuk itu patutlah kita belajar dan terus belajar. Dikatakan, usia yang paling baik untuk menuntut ilmu adalah menjelang usia pemuda, sedangkan waktu belajar yang baik adalah sebelum subuh dan di antara maghrib dan isya’.  Tetapi penuntut ilmu hendaklah menghabiskan semua waktu untuk belajar. (M. Afnan Chafidh, Terjemah Ta’lim Al-Muta’alim, Pekalongan, Hasab Bin Edrus).  

C. Tujuan dan Prinsip-prinsip Belajar
1.    Tujuan Belajar
Tujuan belajar yaitu mengadakan perubahan dalam diri, merubah tingkah laku, kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan lain sebagainya.[6] Setiap orang ketika belajar, pasti sangat berkeinginan untuk mencapai tujuan seperti di atas. Namun, pada kenyataannya tidak semua individu bisa dengan mudah mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam aktivitas belajar kadang kala kita mendapat kemudahan, namun tidak jarang saat mempelajari suatu ilmu kita mengalami kesulitan dan kesukaran. Sehingga tujuan-tujuan belajar pun akan sulit untuk didapat.
Berikut beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab kesulitan dalam belajar, anta lain:
a.    Faktor Intern (faktor di dalam manusia itu sendiri) yang meliputi:
1)   Faktor Fisiologi, seperti sakit batuk, pusing, flu, dll.
2)   Faktor Psikologi, seperti tingkat kecerdasan, skap peserta didik, bakat, minat, dll.
b.    Faktor Ekstern (faktor dari luar manusia)
1)   Faktor-faktor non sosial, seperti cuaca, waktu belajar, tempat belajar, dll.
2)   Faktor-faktor sosial, seperti teman, gru, orang tua, mayarakat, dll.[7]
Selanjutnya mengenai keinginan individu untuk sukses dalam belajar, maka sudah barang tentu harus melihat dasar-dasar atau prinsip-prinsip belajar.
2.    Prinsip-prinsp Belajar
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli bisa dirangkum prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.   Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
b.  Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan, dan ulangan.
c.   Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
d.  Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktifitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.
e.   Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.
f.   Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.
g.  Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.
h.  Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.[8]
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tesebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mangerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahkan seseorang sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam ruhaniah tidak dapat kita lihat.[9]
Tingkah laku mannusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-asspek tersebut adalah:[10]
a.   Pengetahuan,
b.  Pengertian,
c.   Kebiasaan,
d.  Keterampilan,
e.   Emosional,
f.   Hubungan sosial,
g.  Jasmani,
h.  Etis atau budi pekerti, dan
i.    Sikap.

IV.KESIMPULAN
Sebagai istilah psikologi dan pendidikan, “belajar” dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah learning. Di antara definisi para ahli psikologi dan pendidikan, dapat dikenali titik temu mengenai pengertian umum dari apa yang dimaksud dengan istilah belajar itu mengacu pada terjadinya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, yaitu perubahan tingkah laku melalui pengalaman.
Belajar merupakan hal yang sangat vital bila dibandingkan dengan hal lainnya, apapun itu. Dengan belajarlah seorang yang bodoh menjadi pandai, tidak mengetahui menjadi mahir, kecil menjadi besar.
Tujuan belajar yaitu mengadakan perubahan dalam diri, merubah tingkah laku, kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan lain sebagainya.
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli bisa dirangkum prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.    Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
b.    Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan, dan ulangan.
c.    Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
d.   Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubunagn dengan aktifitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.
e.    Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami,bukan sekedar menghafal fakta.
f.     Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.
g.    Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.
h.    Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.




V.PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas pada umumnya. Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah yang kami buat ini pastinya penuh dengan kekurangan, sehingga kami sangat mengharap kritik dan saran dari semua elemen. Serta ucapan terimakasih tak lupa kami haturkan kepada semua pihak telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Jaza kumullah khoiron katsiron, ahsanal jaza.

VI.DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. 2009.
Chafidh, M. Afnan. Terjemah Ta’lim Al-Muta’alim. Pekalongan, Hasab Bin Edrus. Tth.
Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Dimyati dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar .Bandung. Bumi Aksara. 2009.
Mustakim. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.
Soenarjo. Alqur’an dan Terjemahnya. Jakarta, 1989.


[1] Baharuddin, Pendidkan & Psikkologi Perkembangan, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2009), hlm., 162-163
[2] Mustakim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 33-34.
[3] Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009), hlm. 212.
[4] Soenarjo, Alqur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, 1989), hlm. 910-911.
[5] Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, Rineka Cipta, 1999), hlm. 18.
[6] Dalyono, opcit., hlm. 49.
[7] Lokcit., hlm. 230-231.
[8] Mustakim, opcit., hlm., 69.
[9] Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Bumi Aksara, 2009), hlm., 30.
[10] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar