Minggu, 20 Maret 2011

tafsir


       I.            PENDAHULUAN
Allah menciptakan manusia dalam bemtuk yang sangat kompleks sekali, terbukti dengan beratus bahkan beribu-ribu syaraf dan organ yang ada di dalam tubuh manusia. Manusia yang tercipta dari tanah itu pun yang keudian menjadi pemimpin di bumi. Bahkan sebagai makhluk terbaik (dalam penciptaannya) dibanding makhluk yang lain seperti hewan, jin bahkan malaikat sekalipun. Apakah benar adanya?
Untuk itu dalam makalah ini akan kami kaji dan paparkan  dari berbagai tafsiran ayat-ayta al-quur’an mengenai masalah-masalh yang berhubungan dengan manusia.
  1. RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana posisi manusia di Antara Makhluk lain?
B.     Bagaimana Struktur Potensi jasadiyah dan ruhiyah dari manusia?
 
C.     Apakah Manusia Sebagai Khalifah di Bumi?
D.    Bagaimana sikap seorang khalifah bumi?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Bagaimana posisi manusia di Antara Makhluk lain?

Qs. Al isra(17):70...................
Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pernyataannya-Nya dengan kata (قد) qad, ayat ini menyatakan bahwa dan Kami, yakni Allah bersumpah bahwa sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara danberpikir, serta berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan kami angkut mereka dairi daratan dan di lautan dengan aneka alat transport yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan untuk mereka. [1]Dan Kami beri juga mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa merekadan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang semurna. Kami lebihkan mereka dari hewan, deangan alat dan daya cipta ssehingga menjadi makhluk yang bertanggungjawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas  malailat atas ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang ketaatan malaikat tanpa tangtangan.  
kata (كرّمنا) tarambil dari akar kata yang terdiri dari huruf kaf, ra’, dan mim, yang mengandung makna kemuliyaan, serta keistimewaan sesuai objeknya.
Terdapat perbedaan antara  (فضّلنا) dan (كرّمنا). Yang pertama terambil dari kata (فضل) yakni kelebihan, dan ini mengacu pada penambahan dari apa yang sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh orang-orang lain. Yang kedua yaitu كرّمنا maka seperti dikemukakan di atas ia adalah anigerah yang bersifat internal dalam konteks ayat ini, manusia disnugerahiAllah keistimewaan yang tidak dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya seebagai manusia.
 Faddalnaa hum ‘ala katsiriin mimman kholaqna.
Pertama, penggalan ayat ini tidakmennyatakan bahwa Allah melebihkan manusia atas semua ciptaan atau kebanyakan ciptaan-Nya, tetapi banyak di antara ciptaan-Nya. Atas dasar itu sungguh ayat ini tidak dapat dijadikan bahwa manusia aalah makhluk yangpaling mulia. Kedua, ayat di atas mengisyaratkan bahwa kelebihan itu dibanding dengan ciptaan Allah dari siapa yang telah diciptakan-Nya. Kata dari siapa  merupaakan terjemahan dari lafad mimman yang terdiari dari kat min dan man. Kata man  biasanya ditujukan untuk makhluk yang berakal. Di satu sisi kita dapat berkata bahwa jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk berakal, maka tentu saja lebih-lebih lag makhluk tidak berakal.  Di sisi lain kita juga dapat berkata bahwa paling tidak aa dua makhluk berakal yang diperkenalkan al-qur’an yaitu jin dan malaikat. Ini berarti manusia berpotensi untuk mempunyai kelebihan dibanding dengan banyak -bukan semua- jin dan malaikat . Tentusaja manusia-manusia yang taat.[2]

Qs. At-Tin(95): 4.........................
Kata ( خلقنا) kami telah menciptakan terdiri atas kata (خلق ) yang menjadi kata ganti nama itu menunujuk pada jamak (banyak), tetapi bisa juga digunakan untuk menunjuk satu pelaku saja dengan maksud mengagungkan pelaku tersebut. Para raja biasa menunjuk dirinya dengan menggunakan kata ‘kami’. Allah juga sering kali menggunakan kata tersebue untuk menunjukan diri-Nya. Dari sisi lain, penggunaan kata kganti jamak itu (kami) yang menunjuk pada Allah mengisyaratkan adanya keterlibatan selain-Nya dalam perbuatan yang ditunjuk oleh kata yang dirangkai dengan kata ganti tersebut. Jadi, kata khalaqna mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam penciptaan manusia. dalam hal ini adalah ibu bapak manusia. di tempat lain Allah menegaskan bahwa Dia adalah Ahsan al-khaliqin/ sebaik-baik Penciipta (QS. Al-Mu’minun: 14). Ini menunjukan ada pencipta lain tapi tak sebaok Allah. Peranan lain itu sebagai “pencipta” sama sekalli tidak seperti Allah, melainkan hanya sebagai alat/perantara. [3]
Kata ( اللإنسان) manusia  yang dimaksud oleh ayat ini, menurut al-Qurthubi adalah manusia-manusia yang durhaka kepada Allah. Pendapat ini banyak ditolak oleh pakar tafsir dengan alasan  antara lain adanya pengecualian yang ditegaskan oleh ayat berikut yaitu, kecuali orang-orang yang beriman.  Ini meunjukan bahwa ‘manusia’ yang dimaksud dalam ayt ini adalah manusia secara umum, mencakup yang mukmin atau yang kafir.
Kata (تقويم) berakar dari kata ( قوم) qawama yang darinya terbentuk kata (قائمة ) qaa’imah, (استقامة) istiqaamah, (اقيموا) aqiimu, dsb. Yang keseluruhannya menggambarkan kesempurnaan sesuatu sesuai dengan objeknya. Kata (اقيموا ) yang digunakan untuk perintah melaksakan shalat, berarti bahwa shalat harus dilaksanakan dengan sempurna, sesuai dengan syarat, rukun, sunnah-sunnahnya.
Kata ( تقويم) diartiakan sebagai menjadikan sesuatu memiliki (قوام ) qiwam yang bentuk fisik pas dengan fungsinya. Ar-Raghib Al-Ashfahani, pakar bahasa al-qur’an, memandang kat  taqwim  ini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang, yaitu akal, pemahaman, serta bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi ahsana taqwim berarti bentuk fisik dan psukis yang sebaik-baiknya, yang menyebabkan manusia dapat melaksanakan fungsinya dengan sebaik mungkin. [4]
           Dapat ditarik benang  merah bahwa Allah mencipta manusia dengan sebaik-baik ciptaan, bukan mengacu pada bentuk fisik manusia. melainkan dalam konteksnya Allah memberikan anugerahnya pada manusia, dan tentu tidak hanya anugerah fisik. Dalam sebaik fisik dan psikis disini berarti sebaik-baiknya dalam funggsinya sebagai hamba Allah serta khalifah di bumi. Begitu juga dengan makhluk lain yang dicipta dengan sebaik-baiknya sesuai fungsi masing-masing. (QS. As-Sajdah: 7)


E.     øŒÎ tA$s% y7u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #ZŽ|³o `ÏiB &ûüÏÛ ÇÐÊÈ #sŒÎ*sù ¼çmçG÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇÐËÈ
71.  (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72.  Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
            Para malaikat berbantah-bantah, ketika Tuhan mengatakan kepada mereka tentang rencana penciptaan manusia, “bahwa aku akan menciptakan manusia dari tanah” Apabila aku telah menyempurnakan kejadian manusia, tegas Allah, maka aku limpahkan tenaga hidup kepadanya, yaitu jiwa (roh) yang merupakan urusanku. Akupun memerintahkan malaikat agar bersujud kepada Adam untuk memuliakannya, bukan untuk ibadat dan mempertuhankannya.[5]Dalam bukunya Design for Decision, Bross (1953) mendefinisikan manusia sebagai “hewan yang mengambil keputusan”. Ciri inilah yang katanya membedakan manusia dari ‘hewan jenis lainnya’. Ciri ini pula yang katanya membuat manusia akhirnya mampu meguasai bumi. Batasan Bross agaknya terlalu dipengaruhi oleh pelajaran biologi. Kalu kita berbicara dari segi manusia beradab yang selalu berusaha tidak meniru perilaku hewan, barangkali kita dapat menyesuaikan defiisi Bross itu dengan mengatakan bahwa beda antara menusia dan hewan adalah keamampuannya untuk membuat dan mengambil keputusan.[6]
Sekarang kita akan bertanya, mengapa manusia yang hanya diberi kemampuan mengambil keputusan. Mengapa tidak ada makhluk lian yang mempunyai kemampuan seperti tersebut? Andai kata ada makhluk lain yang mempunyai kemampuan sseperti itu maka mungkin sekali pola sususnan populasi makhluk hidup di dunia ini akan barbeda.[7]
F.      Bagaimana Struktur Potensi jasadiyah dan ruhiyah dari manusia?
 
G.    $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ
8.  Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10.  Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

            Kata (فألهمها) fa alhamaha terambil dari kata (اللهم) al-lahm yakni  menelan sekaligus. Dari sini lahir kata (الهام) ilham. Memang ilham atau intusi dating secara tiba-tiba tanpa disertai analisis sebelumnya, bahkankadan kadang-kadang tidak terpikirkan sebelumnya. Sehingga manuasia  tidak dapat menolaknya, sebagaimana tak dapat mengundang kehadirannya, potensi ini ada pada setiap insane, walaupun peringkat dan kekuatannya berbeda antara seorang dengan yang lain.
            Kata ilham dipahami dalam arti pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya, tanpa diketahui secara pasti darimana sumbernya. Ia serupa dengan rasa lapar . ilham berbeda dengan wahyu, karena wahyu walaupun termasuk pengetahuan yang diperoleh namun ia diyakini bersumber dari Allah swt.
            Dengan demikian potensi-potensi tersebut terdapat pada diri manusia. Kehadiran Rasul dan petunjuk-petunjuk serta factor-faktor eksteren lainnya, hanya berfungsi membangkitkan potensi itu, mendorong dan mengarahkan disini atau disana, tetapi itu semua tidak menciptakan karena ia telah tercipta sebelumnya, ia telah melekat sebagai tabiat, dan masuk kedalam melalui pengilhaman ilahi.
            Setelah bersumpah dengan sekian banyak hal, Allah berfirman menjelaskan apa yang hendak ditekankannya dengan sumpah-sumpah diatas, yaitu : sungguh telah beruntunglah meraih segala apa yang diharapkannya siapa yang menyucikannya dan mengembangkannya dengan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul serta mengendalikan nafsunya, dan sungguh merugilah siapa yang memendamnya yakni menyembunyikan kesucian jiwanya dengan mengikuti rayuan nafsu dan godaan setan, atau menghalangi jiwa itu mencapai kesempurnaan dan kesuciannya dengan melakukan kedurhakaan serta mengotorinya.[8]

Bila kita bandingkan tubuh manusia dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, maka tubuh manusia lemah, misalnya: gajah, harimauu, buaya,dsb. Gajah dapat mengangkat balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat, buaya dapat berenang cepat. Tetapi rohani manusia, yakni akal dan budinya serta kemauannya sangat kuat, sehingga dengan akal budi dan pikirannya itu manusia dapat mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi. Dengan alat itu manusia dapat mengungguli makhluk lain. Akal budi dan kemauan kerasnya itulah sifat unik dari manusia.[9]
H.    Apakah Manusia Sebagai Khalifah di Bumi?
I.       Bagaimana sikap seorang khalifah bumi?
Dari cara manusia untuk dilahirkan di bumi sehingga berkesempatan memiliki alat berpikir dan bernalar serta peluang mendapat pendidikan, tampaklah betapa pentingnya ada sistem kekeluargaan bagi manusia agar bayi yang dihasilakan dari sel telur wanita dan nutfah pria dapat berkembang menjdi manusia dewasa yang cerdas dan dapat bermasyarakat dengan naik. Hanya manusia cerdas yang dapat bernasyarakat dengan baiklah yang mampu menjadi pewaris tuhan Yang maha Kuasa di bumi.[10]

Qs. Huud(11): 61.................
Allah mengutus Shaleh kepada kaum Tsamud yang sebangsa dengan mereka.shaleh adalah seorang yang beketurunan baik, beperkerti luhur, dan berakal kuat. Shaleh mengajak merekaberkumpul untuk bersama-sama menyembah Allah, tiada tuhan selain Dia.
Huwa an-sya-a kum minal ar-dhi was ta’marokum fihaa.
Allah menjadikan kamu sebagai orang-orang yang memakmurkan bumi dengan cocok tanam, membangun dan membina hingga terdapatlah di bumi itu rumah-rumah yang tinggi, yang dibuat oleh tukang yang pandai-pandai. Allah menjadikan bumi dan pohon-pohon yang rindang dan buah-buahan yang sedap dan lezat rasanya.
Fastagh-firuuhu tsumma tuubu ilaihi.
Maka mohonlah kepada Allah supaya Dia mengampuni dosa-dosamu, kemudian bertobatlah kepada-Nya, ketika tiap-tiap dari kamu mengerjakan sesuatu dosa dan beramallah dengan amalan yang saleh.
Inna rabbi qariibum mujiib.
Tuhanku itu Maha Dekat kepada makhluk-Nya. Tidak ada yang terssembunyi bagi-Nya dan Maha Memperkenankan doa
Qaalu yaa shaalihu qad kunta fiina marjuwwan qabla haa-dzaa.
Kamu(shaleh) adalah orang yang kami harapkan dapat menyelesaikan urusan-urusan kami yang penting. Kamu adalah seoranng yang berakal kuat, berpikiran cerdas, dan karena kau keturunan tinggi. Sekarang telah putus harapan kami padamu.
A tanhaanaa an na’buda maa ya’budu aabaa-unaa.
Sungguh mengherankan kamu mencegah kami menyembah apa yang telah disembah oleh orang-orang tua kami dahulu. Kami hanya mengikuti langkah mereka.
Wa innanaa lafii syakkim mim maa tad’uunaa ilaihi muriib.
Sungguh kami ragu-ragu dan curiga terhadap apa yang kau seru.
Qaala yaa qaumi a ra-aitum in kuntu ‘alaa bayyinatim mir rabbi wa aataanii minhu rahmatan
Jelaskan padaku apa yang harus aku lakukan, wahai kaumku, jika aku benar-benar mempunyai hujjah dari Tuhanku bahwa apa yang aku dakwahkan kepadamu alah benar-benar dari Allah. Dan allah memang  telah memberikan suetu rahmat yang istimewa kepadaku, yakni Dia jadikan aku seorang nabi yang diutus kepadamu
Fa may yan- shurunii minallahi in ‘a-shaituhuu.
Siapakah yang mengnhindarkan aku dari azab Allah, jika aku menyembunyikan wahyu-Nya atau aku menyembunyikan sesuatu yang tidak menyenangkan hatimu. Tak ada orang yang menolak azab dari aku. Oleh karenanya, aku tidak mempedulikan tindakan-tindakanmu.
Fa maa taziiduunanii ghairu takh-siir.
Jika kamu tidakmenambah sesuatu kepadaku jika kau memenuhi haarapanmu dan jika aku takut kepada berburuk sangka, selain kau menjatuhkan aku ke dalam kebinasaan.[11]
B.     KESIMPULAN
C.     PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Tiada gading yang tak retak, dan kami pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belumlah sempurna bahkan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa menjadi lebih baik dan  bermanfaat bagi kita semua, Amin.


KEPUSTAKAAN
Ash-shiddeqy, Tengku Muhammad Hasbi. Tafsir Al-Qur’an Majid AN-Nur. Semarang : Pustaka Rizki Putra. 2000.
Jasin, Maskoeri.  Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Grafindo Persada. 1995.
Nasution, Andi Hakim. Penagntar ke filsafat sains. Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa. 1999.
Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al- Mishbah. Vol 7. Jakarta : Lentera Hati. 2002.
­­______________________________________ vol 15. Jakarta: Lentera Hati. 2002.



[1] M. Quraish Shihab,vol. 7, hlm.521.
[2] Ibid., hlm. 523.
[3] Misbah, hlm. 377.
[4] Misbah,hlm. 378.
[5] Tengku Muhammad Hasbi ash-shiddeqy, Tafsir Al-Qur’an Majid AN-Nur ( Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000), hal. 3529
[6] Andi Hakim Nasution, Penagntar ke filsafat sains, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1999), hlm. 9.
[7] Ibid., hlm. 10.
[8] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al- MIshbah (Jakarta : Lentera Hati, 2002), vol 15, hlm. 297-300.
[9] Maskoeri Jasin,  Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), hlm. 2.
[10] Andi Hakim Nasution, Op.Cit. hlm. 14.
[11] Teungku Hasbi As-Shiddieqy, Tafsir An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 1916.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar