المبتدأ من المعارف و النكرة و أنواع الخبر
I. PENDAHULUAN
Dalam mempelajari tata bahasa arab, baik dalam penulisan maupun pengucapan. Sering kali kita menggunakan jumlah ismiyah yang terdiri dari mubtada dan khobar. Namun, kadangkala hukum dalam pemakaian keduanya (mubtada dan khobar) itu keluar dari jalur atau rel aturan yang semetinya. Seperti jika mubtada itu harus berupa isim ma’rifat, tapi sebenarnya membolehkan mubtada dengan isim nakiroh. Selain itu perlu diingat bahwa penggunaan khobar itu pun ada dua model.
Untuk itu dalam maklah ini akan kami sampaikan secara gamblang dan jelas mengenai itu semua (di atas). Disertai dengan contoh-contoh sehingga mmudahkan dalam proses implementasinya.
II. POKOK PERMASALAHAN
A. Pengertian Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat?
B. Bagaimana Mubtada’ dari Isim nakiroh dan Ma’rifat?
C. Apasaja Macam-macam dari khobar?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Isim Nakiroh dan Ma’rifat
نكرة قا بل أل مؤثرا # أو واقع موقع ما قد ذقر
Isim nakiroh ialah isim yang menerima Al yang kemudian memberi makna ma’rifat (khusus), atau isim yang menempati tempatnya isim lain yang bisa menerima al. Seperti : الرجل menjadi رجل .[1]
النكرة هي كل إسم شائع في جنسه لايختص به واحد دون اخر كرجل.
Isim nakiroh ialah setiap isim yang bersifat umum dalam jenisnya, yang tidak khusus pada yang lain. Seperti lafad رجل.[2]
النكرة هي اسم يدل علي مسمى شائع في جنس موجود أو مقدر.
Isim nakiroh ialah isim yang menunjukkan hal yang umum dalam jenisnya baik yang tampak maupun yang dikira-kirakan.[3]
وغيره معريفة كهم وذى # وهند وابني والذي.
Selain isim nakiroh disebut isim ma’rifat.[4]
المعرفة وهي ستة أنواع المضمر ثم العلم ثم الاشارة ثم الموصول ثم المعرف بالآداة ثم ما أضيف الي واحد منها.
Isim ma’rifat itu ada enam macamnya; isim domir seperti: أنا, isim alam (nama) seperti: أغوس, isim isyaroh seperti: ذا, isim maushul seperti: الذي, isim yang ketambahan Al seperti: الغلام, dan isim yang dimudofkan dengan isim yang tadi disebutkan[5] seperti: ابن زيد.
B. Mubtada’ dari Isim Ma’rifat dan Nakiroh
1) Mubtada’ dari isim ma’rifat
Pada dasrnya mubtada’ adalah mahkum alaih (perkara yang dihukumi) dengan khobar sebagai hukumnya. Selanjutnya kita tidak bisa menghukumi sesuatu kecuali dengan mengetahui hal itu terlebih dahulu, maka dari itu mubtada’ harus berupa isim ma’rifat. Namun, terkadang isim nakiroh bisa menjadi mubtada’. [6]
Mubtada’ yang berupa isim ma’rifat di antarannya, sebagai berikut:
a) Isim domir,
Ialah kata isim yang menerangkan makna suatu hal (manusia) yang bersifat ghaib atau hadir.
Contoh: هو يقرأ الكتاب (dia sedang membaca kitab)
b) Isim alam,
Ialah kata isim yang bisa menunjukkan pada perkara yang dinamai secara mutlak (tanpa membutuhkan qorinah).
Contoh: سيف الدين قائم (saifuddin sedang berdiri)
c) Isim maushul,
Isim yang selalu membutuhkan‘aid dan membutuhkan kalimat penjelas .
Contoh: (mereka adalah orang-orang musllim) الذين هم المسلمون
d) Isim isyaroh,
Ialah kata benda / isim yang befungsi untuk menunjuk suatu hal.
Contoh: ذالك الكتاب كتاب النحو (buku itu buku nawu)
e) Isim yang ketambahan Al,
contoh: الصلاة عماد الدين (sholat itu tiang agama)
f) Isim yang dimudofkan dengan isim tadi.
Contoh: دين اللاسلام أفضل من دين اللاخر (agama islam itu lebih utama dari yang lainnya)
2) Sedangkan mubtada’ dari isim nakiroh, seperti berikut[7]:
a) Isim nakiroh yang berupa sifat
Contoh:طالب ماهر (mahasiswa itu yang cerdas)
b) Jatuh setelah istifham, nafi
Contoh: أفاهم الطالب؟ (apakah orang yang cerdas itu seorang mahasiswa?)
ما حبيب عندنا إلا الخالق (tiada kekasih di sisiku selain Allah)
c) Isim nakiroh berupa sifat yang dlohir
Contoh:رجل من المؤمنين عندنا (orang yang mukmin itu ada di sampingku)
d) Isim nakiroh berupa sifat yang dikira-kirakan
Contoh:رخل اخر ditakdirkan رجل يعلّمنا (orang lain yang memberitahuku)
e) Isim nakiroh di mudofkan
Contoh:أخي محمد (saudarku itu bernama muhammad)
f) Isim nakiroh yang ditasghir
Contoh:رجيل خائنى (anak kecil itu mendekatiku)
g) Berupa isim tafdil
Contoh: أحسن منكم المتقون (orang yang lebih bagus dari kalian adalah orang yang bertakwa)
h) Menunjukkan makna do’a
Contoh: سلام عليكم (semoga kamu selalu dalam keselamatan)
C. Khobar dibagi menjadi dua bagian, yaitu khobar mufrod dan khobar ghoiru mufrod.
1. Khobar mufrod
مجموعا او مثنىكان لووهو ما ليس جملة ولا شبيها بها و
Khobar mufrod ialah khobar yang bukan berupa jumlah (kalimah) dan bukan pula menyerupai jumlah.[8]
Contoh ; زيد قائم (zaid berdiri), keduanya isim mufrod.
Dan juga termasuk khobar mufrod. Bila mubtada’ dan khobar itu terdiri dari isim tatsniyah dan jama’, seperti contoh :
ئمانقا الزيدان : dua zaid itu berdiri
ئمونقا الزيدون : zaid-zaid itu berdiri
2. Khobar ghoiru mufrod
Khobar ghoiru mufrod ialah khobar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah, fi’liyah.[9]
Khobar ghoiru mufrod ada empat macam :
a. Jer majrur, contoh : زيد فى الدار
b. Dzorof, contoh : زيد عندك
c. Fi’il beserta fa’ilnya, contoh : زيد قام ابوه
d. Mubtada’ beserta khobarnya, contoh : ذاهبة زيد جاريثة
IV. KESIMPULAN
A. Isim nakiroh ialah isim yang menerima Al yang kemudian memberi makna ma’rifat (khusus), atau isim yang menempati tempatnya isim lain yang bisa menerima al. Seperti : الرجل menjadi رجل .
B. Mubtada’ dari Isim ma’rifat itu ada enam macamnya; isim domir seperti: أنا, isim alam (nama) seperti: أغوس, isim isyaroh seperti: ذا, isim maushul seperti: الذي, isim yang ketambahan Al seperti: الغلام, dan isim yang dimudofkan dengan isim yang tadi disebutkan seperti: ابن زيد.
Mubtada’ dari isim nakiroh ada banyak.
C. Khobar terbagi menjadi dua: mufrod dan ghoiru mufrod
V.PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas pada umumnya. Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah yang kami buat ini pastinya penuh dengan kekurangan, sehingga kami sangat mengharap kritik dan saran dari semua elemen. Serta ucapan terimakasih tak lupa kami haturkan kepada semua pihak telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Jaza kumullah khoiron katsiron, ahsanal jaza.
KEPUSTAKAAN
Al-ahdal, Muhammad bin Ahmad bin Abdul bari, Al-Kawakib Al-Duriyah juz I, (Mesir: Mustofa Al-Babu Al-Hablu, 1937).
Al-Roji, Abduh, Al-Tathbiq Al-Nahwu, (Lebanon: Dar Al-Lahdoh Al-Arobiyah, tth).
Anwar, Moch, Ilmu Nahwu, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1192).
Birkat, Ibrahim ibrahim, Al-Nahwu Al-Arobiyu juz I, (Mesir: Dar Al-Nasyru Al-jamiah, 2007).
Ibnu Malik, Jamaluddin muhammad ibn Abdullah, Ibnu Al-aqil, (Surabaya: Dar Al-Ilmi, tth).
Madkur, Ibrahim, Al-Mu’jam Al-Wasith Juz 1-2, (kairo, 1972), hlm. 992.
Sofwan, M. Sholihuddin, Al-Maqosidu Al-Nahwiyah juz I. (Lirboyo: PP. Lirboyo, 2002).
Syukur, Sa’dullah, Tarjamah Nadhom Al-Imrithy, (Tegal, CV, Chamdun, 2000).
[1] Jamaluddin Muhammad ibn Abdullah ibnu Malik, Ibnu Al-aqil, (Surabaya: Dar Al-Ilmi, tth), hlm. 14.
[2] Muhammad bin Ahmad bin Abdul bari Al-ahdal, Al-Kawakib Al-Duriyah juz I, (Mesir: Mustofa Al-Babu Al-Hablu, 1937), hlm. 51.
[7] Ibrahim ibrahim birkat, Al-Nahwu Al-Arobiyu juz I, (Mesir: Dar Al-Nasyru Al-jamiah, 2007), hlm. 43-50.
[8] Moch Anwar, Ilmu Nahwu, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1192), hlm. 88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar