Minggu, 20 Maret 2011

ilmu pendidikan


FAKTOR - FAKTOR PENDIDIKAN
     I.          PENDAHULUAN
Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, kegiatan pendidikan berkembang dari konsep paedagogi, andragogi dan education. Dalam konsep paedagogi kegiatan pendidikan ditujukan hanya kepada anak yang belum dewasa (paeda artinya anak). Namun karena banyak hasil pendidikan yang justru menggambarkan perilaku yang tidak dewasa maka muncullah gerakan-gerakan tersebut.
Untuk itu dalam mewujudkan dari konsep-konsep itu, akan kami sampaikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan.
  II.          RUMUSAN MASALAH
A.  Faktor Tujuan
B.  Faktor Pendidik
C.  Faktor Peserta Didik
D.  Faktor Alat Pendidikan
E.   Faktor Lingkungan
III.          PEMBAHASAN
Dalam aktivitas pendidikan ada lima faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi, yang mana kelima faktor tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya. Kelima faktor pendidikan tersebut meliputi:
A.  Faktor Tujuan
            Dalam praktek pendidikan, baik di lingkungan keluarga, di sekolah maupun di masyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya.[1] Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritistiche Paedagogiek dibedakan adanya macam – macam tujuan sebagai berikut:
1.    Tujuan umum
2.    Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
3.    Tujuan sementara
4.    Tujuan perantara
5.    Tujuan insidental[2]
Al –Ghozali menjelaskan tentang tujuan pendidikan dalam berbagai kitabnya, yang disusun sebagai berikut:
a.    Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu saja.
Al –Ghozali mengatakan:
“ Apabila engkau mengadakan penyelidikan/ penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri.” (Al-Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, juz 1, 13).
Dari perkataan tersebut jelas menunjukan bahwa penelitian, penalaran dan pengkajian yang mendalam dengan mencurahkan tenaga dan pikiran adalah mengandung kelezatan intelektual dan spiritual yang akan menumbuhkan roh ilmiah, kepada mereka dalam mencari hakikat ilmu pengetahuan.[3]




b.    Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan akhlak.
Al-Ghozali mengatakan:
“ Tujuan murid dalam mempelajari sebuah ilmu pengetahuan pada masa sekarang ini, adalah kesempurnaan dan keutamaan jiwanya.” (Al-Ghozali, Mizanul Amal, 1961, I, 361).
Dari pernyataan di atas jelaslah bahwa Al-Ghozali menghendaki keluhuruan rohani, keutamaan jiwa, kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat, merupakan tujuan utama dari pendidikan bagi kalangan manusia muslim, karena akhlak adalah aspek fundamental dalam kehidupan seseorang, masyarakat, maupun suatu negara.[4]
c.    Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al-Ghozali mengatakan:
“ Dan sungguh engkau mengetahui bahwa hasil ilmu pengetahuan adalah mendekatkan diri kepada Tuhan pencipta alam, manghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian itu di akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran, pengaruh pemerintahan bagi pimpinan negara dan penghormatan menurut kebiasaannya.”
Demikian Al-Ghozali sangat memperhatikan kehidupan  dunia dan akhirat sekaligus, sehingga tercipta kebahagiaan bersama di dunia dan akhirat.[5]
B.  Faktor Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.[6] Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori:[7]
a.    Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua.
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat ialah pendidik yang paling penting dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak didiknya. Karena sesuai kodratinya bahwa anak lahir dari orang tua (ibu). Dari orang tua itulah seorang bayi mulai dididik dan dibimbing untuk memahami dan mengerti dari lingkungan sekitar. Hubungan antara anak dan orang tua dalam hubungan edukatif , mengandunga dua unsur dasar, yaitu:
                                       i.     unsur kasih sayang pendidik terhadap anak;
                                     ii.     unsur kesadaran dan tanggungjawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak.[8]

b.    Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
Seorang guru menjadi pendidik mendapat tangggung jawab dari tiga komponen. ( Fuad Ihsan, 2008). Yaitu dari orang tua anak didik, masyarakat, dan Negara. Tanggung jawab yang diemban guru dari orang tua ialah bahwa atas dasar kepercayaan untuk menddik anaknya. Dari masyarakat seorang guru mendapat tugas untuk mengembangkan daerah tersebut. Sedangkan guru dipercaya Negara untuk mencerdaskan anak bangsa dan membantu dalam memajukan pendidikan bangsa.
Dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan No. 4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa syarat-syarat utama untuk menjadi guru harus memenuhi:

(a)          Syarat profesional (ijazah);

(b)          Syarat biologis (kesehatan jasmani);

(c)          Syarat psikologis (kesehatn mental);

(d)         Syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran).

Namun Dwi Nugroho Hidayanto menjelaskan bahwa pendidik meliputi:
a.    orang dewasa,
b.    orang tua,
c.    guru,
d.   pemimpin masyarakat,
e.    pemimpin agama.[9]
Dalam menjalankan tugas sebagai pangkal dari pendidikan, seorang pendidik diharapkan bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. karena cukup beratnya tangggung jawab yang diemban, sehingga para pendidik harus memiliki kemampuan (kompetensi) untuk merealisasikan tugas-tugas yang dipikulnya.
Untuk itu ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik, seperti sebagai berikut:
1)   Kematangan diri yang stabil; memahami diri sendiri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab atas hidupnya, tidak menggantungkan diri kepada orang lain atau menjadi beban orang lain.
2)   Kematangan sosial yang stabil; dalam hal ini seorang pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan mempunyai membina kerjasama dengan orang lain.
3)   Kematangan professional (kemampuan mendidik); yakni menaruh perhatian dan sikap cinta tyerhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.[10]
C.  Faktor anak didik
Dalam pengertian umum,. Anak didik ialah setiap orang yan g menerim,a pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Edngkan dlam arti sempit, anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan tanggung jawab pendidik.[11]
Sebagai makhluk manusia, anak didik memiliki karaktreistik. Menurut Sutari Iman Barnadib, Suwarno, dan Siti Mechati, anak didik memiliki karakteristik tertentu yakni:
a.         belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga menjadi tanggung jawab pendidik (guru),
b.        masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik,
c.         memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelilgensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya), serta perbedaan individual.[12]

Antara pendidik dan anak didik, hendaknya dri kedua komponen tersebut saling brekesinambungan dalm artian saling melengkapi. Dikarenakan keduanya merupakan subjek pendidikan. Pendidik tidak boleh beranggapan anak didik ialah sebagai objek pendidikan, tidak diperbolehkan untuk bertindak semena-mena terhadap anak didiknya. Sebaliknya, anak didik juga tidak diperkenankan untuk berlaku seperti orng dewasa, yang sebenarnya masih dalam tahapan menuju kedewasaan.
D.  Faktor Alat Pendidikan
Pada faktor alat pendidikan ini ada dua kategori yang dibahas berikut ini:
1.Materi Pendidikan
Yang termasuk dalam arti /materi pendidikan adalah segala sesuatu oleh pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah dan di masyarakat, ada syarat utama dalam pemilihan beban atau materi pendidikan, yaitu:
-       Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan,
-       Materi harus dengan peserta didik
2.    Faktor Metode Pendidikan
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pendidikan terdapat metode-metode diantaranya:
-       Metode diktatorial
Metode ini berdasarkan teori empirisme dalam pendidikan, yaitu suatu teori yang berpendapat bahwa perkembangan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar (eksogen) sehingga menurut pendirian ini pendidikan itu bersifat maha kuasa.

-       Metode liberal
Metode ini berdasarkan pada pendirian naturalisme, yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam (endogen) yang secara wajar atau qodrat atau natural ada pada manusia
-       Metode demokratis
Metode ini berdasarkan pada pendirian teori convergensy yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar (eksogen dan endogen).[13]
E.  Faktor Lingkungan
Lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan yaitu: lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat.
1.    Lingkungan pendidikan keluarga
Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Pendidikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.[14]
Pendidikan keluarga berfungsi sebagai:
-     Sebagai pengalaman perttama pada masa kanak-kanak;
-     Menjamin kehidupan emosional anak;
-     Menanamkan dasar pendidikan moral;
-     Memberiakan dasar pendidikan sosial;
-     Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.[15]

2.    Lingkungan pendidikan sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.
Pendidikan sekolah berfungsi sebagai:
-     Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan budi pekerti yan baik;
-     Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di masyarakat;
-     Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan;
-     Sekolah memberikan etika, keagamaan, dll.[16]

3.    Lingkungan pendidikan masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini , telah mulai ketika anak-anak lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah.

   IV.               KESIMPULAN
·      Tujuan pendidikan ada macam – macamnya seperti sebagai berikut:
Tujuan umum, tujuan tak sempurna (tak lengkap), tujuan sementara, tujuan perantara, dan tujuan insidental.
·      Faktor pendidik
pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.  Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori:
a.    pendidk menurut kodrat, yaituy orang tua; dan
b.    pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
·      Faktor anak didik
Dalam pengertian umum, anak didik ialah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit, anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan tanggung jawab pendidik.
·   Faktor alat pendidikan terbagi dua, yaitu:
a)    Materi pendidikan
b)    Metode pendidikan
Lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu: lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat.

    V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Tiada gading yang tak retak, dan kami pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belumlah sempurna bahkan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa menjadi lebih baik dan  bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

M. J. Langeveld, Beknopte Teoritistiche Paedagogiek, Terjemahan I. P. Simajuntak,  (Jakarta: Nasco, 1987).
Zainuddin dkk, Seluk beluk Pendidikan dari Al-Ghozali Cet. I, ,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991).
Hasbullah. Dasar-dasar ilmu pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005).
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan,Cet . V (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982).






[1] Fuad Hasan, Dasar – Dasar Kependidikan, Cet. V,  (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 7.
[2] M. J. Langeveld, Beknopte Teoritistiche Paedagogiek, Terjemahan I. P. Simajuntak,  (Jakarta: Nasco, 1987), hlm. 23.
[3] Zainuddin dkk, Seluk beluk Pendidikan dari Al-Ghozali Cet. I, ,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 42-43
[4] Ibid., hlm. 44.
[5] Ibid., hlm. 46.
[6] Hasbullah. Dasar-dasar ilmu pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 17.
[7] Fuad Ihsan, DAsar-Dasar Kependidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.8.
[8] Ibid.
[9] ibid.
[10] Ibid., hlm. 19.
[11] Ibid., hlm. 23.
[12] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 52.

[13] Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 109-110
[14] Fuad ihsan, dasar-dasar kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm: 57
[15]Suwarno, Op.cit., hlm. 34.
[16] ibid., hlm. 34-35.

1 komentar: